|
Kolak Segar |
Berbuka puasa adalah salah satu hal yang paling dinanti pada saat kita melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini.
Agar puasa kita dapat berjalan lancar dan tidak mengganggu keseimbangan gizi dalam tubuh, ada beberapa tips yang dapat teman-teman lakukan selama berbuka puasa.
- Berbuka dengan Kurma
- Apabila tidak ada kurma, minumlah segelas air terlebih dahulu (berdoa dulu tentunya.. ^^)
Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air.
(Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud)
Nabi Muhammad Saw berkata:
“Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci.”
- Jangan mengonsumsi makanan “buka” terlalu banyak karena tubuh akan kaget seketika kita memasukkan makanan setelah seharian kosong. Ingat bagaimana gelas kosong kita isi tiba-tiba dengan air panas? (hanya perumpamaan)
- Setelah sholat maghrib sebaiknya makan secukupnya apalagi makanan pokok kita adalah, karena tubuh butuh waktu untuk mencernanya. Bukankah setelah Maghrib kita akan melaksanakan Sholat Tharawih? itulah sebabnya dulu, saya merasa malas jika sholat tharawih. Karena dulu sehabis maghrib langsung tancap gas dan balas dendam… ^^
Sedangkan untuk makanan buka puasa ada beberapa pendapat dari ahli gizi maupun dari alim ulama.
Jangan memakan yang manis-manis ketika pertama kali berbuka puasa. Mengapa?
Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kurma, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen, perlu diproses sehingga makan waktu. Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis, kadar gula darah akan melonjak naik, langsung. Bum. Sangat tidak sehat. Kalau karbohidrat kompleks seperti kurma asli, naiknya pelan-pelan.
Mari kita bicara ‘
indeks glikemik’ (glycemic index/GI) saja.
Glycemic Index (GI) adalah laju perubahan makanan diubah menjadi gula dalam tubuh. Makin tinggi glikemik indeks dalam makanan, makin cepat makanan itu dirubah menjadi gula, dengan demikian tubuh makin cepat pula menghasilkan respons insulin.
Para praktisi fitness atau pengambil gaya hidup sehat, akan sangat menghindari makanan yang memiliki indeks glikemik yang tinggi. Sebisa mungkin mereka akan makan makanan yang indeks glikemiknya rendah. Kenapa? Karena makin tinggi respons insulin tubuh, maka tubuh makin menimbun lemak. Penimbunan lemak tubuh adalah yang paling dihindari mereka.
Nah, kalau habis perut kosong seharian, lalu langsung dibanjiri dengan gula (makanan yang sangat-sangat tinggi indeks glikemiknya), sehingga respon insulin dalam tubuh langsung melonjak. Dengan demikian, tubuh akan sangat cepat merespon untuk menimbun lemak.
Dari forum tetangga sebelah, saya pernah membaca sebuah pendapat seperti ini
Bila berbuka puasa, jangan makan apa-apa dulu. Minum air putih segelas, lalu sholat maghrib. Setelah shalat, makan nasi seperti biasa. Jangan pernah makan yang manis-manis, karena merusak badan dan bikin penyakit. Itu jawaban beliau. Kenapa bukan kurma? Sebab kemungkinan besar, kurma yang ada di Indonesia adalah ‘manisan kurma’, bukan kurma asli. Manisan kurma kandungan gulanya sudah jauh berlipat-lipat banyaknya.
Kenapa nasi? Lha, nasi adalah karbohidrat kompleks. Perlu waktu untuk diproses dalam tubuh, sehingga respon insulin dalam tubuh juga tidak melonjak. Karena respon insulin tidak tinggi, maka kecenderungan tubuh untuk menabung lemak juga rendah.
Inilah sebabnya, banyak sekali orang di bulan puasa yang justru lemaknya bertambah di daerah-daerah penimbunan lemak: perut, pinggang, bokong, paha, belakang lengan, pipi, dan sebagainya. Itu karena langsung membanjiri tubuh dengan insulin, melalui makan yang manis-manis, sehingga tubuh menimbun lemak, padahal otot sedang mengecil karena puasa.
Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4973884
0 komentar:
Post a Comment