Letusan terdahsyat terjadi pada 1006. Saat itu seluruh Jawa tertutup abu vulkanik.
Erupsi Gunung Merapi Yogyakarta pada Selasa 26 Oktober 2010
(Antara/ Wahyu Putro A)
Letusan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta pada
Selasa lalu ternyata tidak seberapa bila dibandingkan dengan
letusan-letusan sebelumnya.
Letusan pada 1930 setidaknya telah
membunuh 1.370 orang di 13 desa di lereng Merapi. Tapi ini bukan
letusan terbesar. Letusan terbesar justru terjadi pada 1006. Saat itu
seluruh Jawa tertutup abu vulkanik. Sayangnya tidak diketahui berapa
korban akibat letusan itu.
Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, Gunung Merapi mengalami letusan pertama pada 1006. Rata-rata
Merapi meletus dalam siklus pendek antara 2 – 5 tahun, dan siklus
menengah setiap 5 – 7 tahun.
Siklus terpanjang pernah tercatat
setelah mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun, yaitu pada masa
awal terbentuknya gunung aktif. Memasuki abad ke-16, siklus terpanjang
Merapi adalah 71 tahun, jeda letusan 1587-1658.
Pusat
Vulkanologi mencatat, letusan besar Merapi terjadi pada 1006, 1786,
1822, 1872, dan 1930. Letusan sebelumnya terjadi empat tahun lalu,
tepatnya pada 8 Juni 2006 pukul 09.03.
Saat itu pemerintah
mengungsikan 17 ribu warga di lereng Merapi. Namun, dua orang yang
berlindung dalam bunker di Kawasan Wisata Kaliadem, Kaliurang, justru
terpanggang awan panas. Bunker tak bisa melindungi korban dari
wedhus gembel yang suhunya masih 500-600 derajat celcius.
Selasa
petang, 26 Oktober, Merapi kembali meletus. Erupsi pertama gunung
Merapi terjadi sejak pukul 17.02 WIB, diikuti awan panas selama 9
menit. Kemudian berulang hingga erupsi terakhir pukul 18.21 yang
menyebabkan awan panas selama 33 menit.
Awan panas ini telah meluluhlantakkan beberapa kampung di lereng
Merapi. Setidaknya 30 orang meninggal atas musibah ini, termasuk juru
kunci Mbah Maridjan dan redaktur senior
VIVAnews.com, Yuniawan Nugroho. (umi)
via: VIVAnew.com
0 komentar:
Post a Comment